Tii
5 min readJun 3, 2023

ANUGERAH

Sunseung
Kim Sunoo x Lee Heeseung

⚠️ Mpreg

***

Sore ini ada jadwal pemeriksaan rutin untuk Heeseung yang saat ini sudah memasuki usia kandungan 34 minggu. Karena itu Sunoo sengaja pulang kerja lebih cepat agar bisa menemani suaminya itu.

Saat mereka tengah duduk di ruang tunggu tiba-tiba Heeseung meraih tangan Sunoo dan menggenggamnya erat, entah kenapa saat ini ia merasa sangat cemas.

"Ada apa, sayang?"

Genggaman itu semakin erat. "Aku juga gak tau, tiba-tiba aja aku jadi ngerasa khawatir. Aku kan jadi takut"

"Udah, gak akan ada apa-apa, sayang. Sekarang kan hanya pemeriksaan rutin yang biasa. Kalian akan baik-baik saja," Sunoo menatap Heeseung sembari mengelus perutnya yang besar.

Tak berapa lama suster muncul dan meminta mereka untuk masuk ke dalam ruangan. Selama pemeriksaan Heeseung masih tidak bisa menghilangkan kecemasannya. Apalagi saat dokter datang tanpa senyuman seperti biasanya.

"Bayinya terlalu ringan dan air ketubannya berkurang dengan cepat. Kemungkinan plasentanya tidak cukup."

Mendengar itu Heeseung semakin tidak tenang, Sunoo pun mulai ikut merasakan kekhawatirannya.

"Lalu bagaimana, dok?"

"Saat ini kita harus melakukan tes yang lain untuk mengetahui apakah bayinya akan lahir secara prematur atau tidak. Kira-kira memerlukan waktu 20 sampai 30 menit."

Heeseung tak hentinya berdoa dalam hati, masalah ini terlihat begitu serius dan itu sangat membuatnya takut. Bahkan sekarang ia juga diberi infus.

"Bagaimana, dok?"

"Kontraksinya tidak mereda dan terus berlangsung tiap sembilan menit. Untuk sekarang tidak apa-apa, tapi usahakan untuk selalu terlentang ya."

"Apa nanti harus di operasi?"

"Kemungkinan besar iya."

"Saya tidak bisa melahirkan secara normal, dok?"

"Kita lihat saja nanti. Sekarang istirahatlah yang cukup, makanan pun harus terus diperhatikan. Tetap semangat ya."

Heeseung mengangguk dan tersenyum pada dokter, tapi Sunoo yang melihat itu tahu bahwa suaminya itu tengah ketakutan.

Hari itu mereka pulang tanpa penuh canda dan tawa seperti biasa.

***

Jadwal bersalin Heeseung awalnya diperkirakan akan terjadi sekitar dua minggu setelah pemeriksaan terakhir. Tapi baru empat hari Heeseung mengalami pendarahan yang sangat banyak. Dengan panik Sunoo membawa Heeseung ke rumah sakit.

Dokter segera melakukan pemeriksaan USG untuk mengecek bayinya.

"Pusing, mual dan menguap terus-menerus adalah gejala anemia. Darahnya juga mengalir lagi dengan cukup banyak. Secepatnya kita harus melakukan operasi juga transfusi darah."

Sunoo langsung menatap Heeseung yang terlihat begitu lemas. Terus ia genggam tangan suaminya itu sampai akhirnya Heeseung dibawa masuk ke ruang operasi. Saat ia hendak ikut menemani di dalam, dokter menahannya.

"Maaf Anda tidak boleh masuk sekarang."

"Tapi saya suaminya, dok"

"Iya, tapi untuk operasi kali ini orang lain selain tenaga medis dilarang masuk. Silahkan menunggu di luar."

Sunoo melangkah mundur dengan kecewa dan hanya bisa melihat pintu ruang operasi tertutup di hadapannya.

Dalam sekejap Sunoo merasa dirinya begitu lemah. Salahnya kah Heeseung harus mengalami masa sulit seperti ini? Sudahkah ia menjaga Heeseung dan anak mereka dengan baik selama ini? Apa yang selama ini ia lakukan sudah benar?

Heeseung nya, anaknya, bagaimana keadaan mereka sekarang?

Kenapa? Kenapa ia sekarang hanya bisa diam menunggu dan tidak bisa membantu Heeseung sedikitpun? Menemaninya saja ia tidak bisa.

Hatinya sama sekali tidak bisa tenang. Terus bergerak kesana kemari dengan bingung. Dia tidak tahu harus melakukan apa sekarang? Yang bisa ia lakukan hanya berdoa pada Tuhan.

Sunoo tidak tahu operasi sudah berlangsung berapa lama saat Ibu mertuanya datang. Ibunda Heeseung itu segera membawa Sunoo dalam pelukannya.

"Maaf kan saya, bu," adalah hal pertama yang Sunoo ucapkan. Ia merasa sangat bersalah.

"Maaf untuk apa?"

"Aku tidak bisa menjaga Heeseung dengan baik, bu."

"Siapa yang bilang begitu? Kamu sudah melakukan yang terbaik. Sekalipun Heeseung tidak pernah mengeluh tentangmu dan ia malah senang dengan segala hal yang kamu lakukan untuknya, Ibu juga tahu apa saja pengorbananmu selama ini. Tidak perlu minta maaf, Sunoo."

"Tapi tetap saja…"

"Percayalah pada dirimu sendiri. Heeseung dan anak kalian saat ini tengah berjuang di dalam sana, jadi kamu pun harus kuat menghadapinya. Mengerti?"

Sunoo mengangguk, ia harus kuat sekarang demi dua orang tersayangnya itu. Demi keluarga kecil mereka.

Setelah menunggu cukup lama pintu operasi terbuka. "Anda bisa masuk sekarang."

Setelah memakai jubah operasi Sunoo masuk ke dalam ruang dimana Heeseung berada dan tangis bayi adalah hal pertama yang menyambutnya.

Sunoo tidak bisa menjelaskan seperti apa perasaannya saat ini. Ada perasaan aneh entah apa saat ia melihat bayinya untuk pertama kali. Sangat bahagia, begitu terharu, dunia barunya. Apapun itu semua bercampur menjadi satu.

"Anda bisa lihat ukuran telapak kakinya sama. Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, juduh, delapan, sembilan, sepuluh, semua jari tangan juga kakinya lengkap. Tidak ada cacat luar ditemukan. Silahkan potong tali pusarnya disini dan sisakan sekitar 1 cm."

Dengan tangan yang sedikit gemetar Sunoo memotong tali pusar bayinya itu.

"Beratnya 2,8 kg. Silahkan," setelah ditimbang, suster segera menyerahkan sang bayi pada Sunoo.

Untuk pertama kalinya Sunoo menggendong bayinya. Saat ia membalikan badan ia bisa melihat Heeseung tengah menatap mereka berdua. Dia terlihat begitu lelah, tapi senyumannya begitu indah.

Cahayanya, belahan jiwanya, ia telah bekerja keras. Terima kasih.

***

Sunoo segera mendatangi Heeseung yang sudah dipindahkan ke ruangan yang lain.

"Terima kasih," Sunoo mengecup kening Heeseung dengan sayang. "Terima kasih karena kamu terus berjuang hingga akhir. Kamu hebat, sungguh hebat. Semuanya bangga sekali denganmu, sayang," ia akhirnya bisa mengatakan hal itu secara langsung.

Heeseung hanya bisa mengangguk mendengarnya, ia masih terlalu lelah untuk bicara. Sunoo tentu mengerti, karena itu ia terus mengusap kepala Heeseung dan menenangkannya.

Tak berapa lama suster masuk sambil membawa bayi mereka. Heeseung yang sebenarnya masih kesakitan pasca operasi langsung tersenyum dengan bahagia. Bayinya kini berada dalam pelukannya. Menyusu padanya. Heeseung sungguh senang dan merasa sangat bersyukur. Sunoo masih berada di dekatnya, mendekap Heeseung dalam pelukan yang hangat. Bersama-sama melihat bayi mereka tengah menikmati makanan pertamanya itu.

"Kamu lihat itu, sayang? Baby barusan sekejap membuka matanya."

Heeseung mengangguk mengiyakan, ia kembali memperlihatkan senyum indahnya. Ia kemudian menatap ke arah Sunoo dan dengan susah payah mencoba mengucapkan sesuatu. "Terima kasih karena telah menjaga kami dengan baik selama ini."

Saat itu juga seluruh beban pikiran Sunoo hilang begitu saja. Hatinya dalam sekejap menghangat. Sekali lagi ia bersyukur pada Tuhan karena telah membuat Heeseung masuk ke dalam kehidupannya. Bahkan mempercayakan dirinya untuk memiliki Heeseung seutuhnya. Seseorang yang begitu indah dan tulus hatinya.

Pada akhirnya setelah semua perjuangan ini keluarga kecil mereka telah kedatangan anugerah hidup yang paling indah dan berharga. Sebuah kado terindah bagi Sunoo dan juga Heeseung yang akan selalu mereka sayangi dan lindungi hingga akhir hayat. Terima kasih.

tamat.

No responses yet